Tentang Ngenger

Berawal dari kerinduan akan sosok yang tak henti mengajak berbincang, mendiskusikan banyak hal, terutama isu-isu kebudayaan, kami menginisiasi sebuah pertemuan kecil di rumah joglo milik alm. Bisri Effendy (B.E.) di Langon, Ambulu, Jember, pada pertengahan Januari 2023 yang lalu. Yang hadir sedikitnya pernah berinteraksi dengan B.E. dalam pelbagai kesempatan di Jember dengan latar yang beragam: akademisi, pegiat kebudayaan, aktivis gerakan sosial. Kami menyepakati satu hal: melanjutkan kerja-kerja kebudayaan yang menjadi tilikan B.E.


Media ini, yang kami namai ‘Ngenger’, menjadi salah satu pilihan kerja kebudayan itu -ruang ekspresi gagasan, riset, dan praksis kebudayaan. Kami sengaja memilih ‘jalan kebudayaan’, jalan –sebagaimana ungkapan B.E.- untuk lebih mendekatkan kami, mengembangkan empati, pada komunitas dan kebudayaan lokal. Tentu, aspek politik tidak bisa ditanggalkan –bagaimana membaca silang sengkarut relasi intersubyektif dalam komunitas, juga hubungan antara negara dan bangsa yang tidak linier dan tidak ada kesesuaian, bahkan bisa jadi asimetris dan paradoks. Dengan ungkapan lain, suatu perspektif politik kebudayaan.


Kenapa ‘Ngenger’? Dalam tradisi Jawa, ngenger identik dengan pengabdian, pembelajaran hidup. Dengan ‘Ngenger’ kami memilih mengabdikan diri untuk belajar dan terus belajar memperbaiki diri dan harkat kemanusiaan universal. Tak ada yang tandas dan sempurna, semua dalam proses menjadi. Hadirnya media ini ialah sebentuk pengabdian, untuk kemanusiaan, untuk tata kehidupan yang berkebudayaan.

2 Komentar

  1. Alhamdulillah semangat Mas Bisri dalam mengabdikan hidup ada jamaah nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bpk. Hasan Basri, semoga ngenger.co bisa istiqamah berjalan sebagaimana tagline yang diusung sesuai dengan tujuan komunitas ini, "Jalan Kebudayaan, Jalan Kemanusiaan".

      Hapus

Posting Komentar